PRAYA – Makam Ketak atau makam Datu Lopan yang terletak di Dusun Lopan, Desa Monggas, Kecamatan Kopang, memang tidak se-populer makam Nyatok di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut. Namun, setiap tahunnya ramai dikunjungi peziarah, terutama setiap menjelang lebaran.
Pasalnya, makam Tuan Guru Lalu Moh Soleh yang dijuluki Datuk Lopan atau Lalu Darme, memiliki pengaruh besar terhadap sejarah masyarakat Lombok. Konon memiliki sejarah panjang perjuangan para wali yang ada di pulau Lombok.
L. Kumala salah satu keturunan Datu Lopan menuturkan, untuk sampai ke makam Ketak, peziarah yang menggunakan kendaraan umum dari terminal Renteng, Paraya, menuju Desa Monggas, akan menempuh perjalanan sekitar 15 kilometer dari arah selatan. Di lokasi makam, suasana alam yang masih alami dengan pemandangan sawah yang terbentang luas menghiasi lokasi makam.
Mulai dari menaiki anak tangga pertama, lanjut L Kumala, pengunjung akan disambut pedagang yang menawarkan bunga rampai. ‘’Makam Ketak setiap hari di kunjungi oleh peziarah, terutama hari Rabu dan Minggu paling ramai dikunjungi peziarah,” katanya.
Menjelang hari Lebaran tahun ini, makam Ketak tidak hanya diziarahi masyarakat lokal saja, akan tetapi peziarah banyak juga datang dari luar daerah seperti, Bali, Jawa dan daerah lainnya. “Menjelang lebaran ini, pengunjung bisa sampai ratusan orang,” ungkap Lalu Mala sapaannya.
Peziarah yang datang pada hari-hari biasa, bukan hanya pada siang hari, namun juga hingga sore, bahkan sampai malam hari. Peziarah tidak hanya datang dari kalangan ummat Islam, namun semua ummat dan golongan.
“tujuan peziarah makam Ketak itu beragam, disamping ziarah kubur, juga sebagai wisata religi, dan untuk perawatan makam hanya mengandalkan sumbangan sukarela peziarah, dan selama ini tidak ada sumbangan terutama dari Pemkab Loteng,” ungkapnya.
Pantauan media ini, di lokasi makam bangunan yang dimiliki bisa dikatakan sederhana, jalan menuju setiap makam betul-betul alami menggunakan jalan tanah. Disekitar makam juga ada dibangun fasilitas musholla untuk para peziarah yang menjalankan ibadah sholat. “Dengan melihat kondisi makam yang menjadi obyek wisata religi tersebut, mestinya makam Ketak lebih serius diperhatikan oleh pemerintah,” pungkasnya.
(pino/loteng)
Tidak ada komentar