x

Terang Bulan di Gili Trawangan

waktu baca 4 menit
Selasa, 1 Sep 2015 17:31 0 28 Redaksi

Menjelang tengah malam, bentangan pantai Gili Trawangan bersimbah cahaya. Terang cahaya keemasan bulan purnama mengapung di permukaan lautan, berayun senada dengan perahu-perahu nelayan yang ditambatkan. Di kejauhan, pepohonan santigi menderu sepanjang hari melewati rotasi waktu pagi, siang, dan malam, di bawah benderang langit Gili Trawangan.

Sebagai pulau kecil di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Gili Trawangan sudah lama kondang sebagai destinasi wisata yang difavoritkan pelancong dari berbagai negara, untuk menikmati panorama taman lautnya yang mempesona.

Gili Trawangan memiliki panjang 3 km dan lebarnya 2 km. Pulau kecil ini bisa dikelilingi dengan beberapa alternatif : berjalan kaki, menggunakan sepeda gayung atau naik delman ditarik kuda, yang biasa disebut cidomo. Sepeda gayung disewakan Rp50 ribu per tiga jam. Cidomo bertarif antara Rp150 ribu – Rp200 ribu untuk sekali perjalanan mengelilingi pulau. Keasrian pulau ini begitu terasa terkait larangan penggunaan kendaraan bermotor, sehingga tidak ada polusi udara yang mencemari area Gili Trawangan.

“Sepeda gayung dan cidomo adalah sarana transportasi yang tetap dipertahankan di Gili Trawangan. Inilah ciri khas pulau ini. Dan justru turis menyukainya karena kealamian Gili Trawangan menjadi terjaga. Menyewakan cidomo dan sepeda kini menjadi mata pencaharian yang prospektif bagi warga setempat,” kata Ageludin, Ketua Seksi Seni Budaya & Pariwisata Karang Taruna Dusun Gili Trawangan.

Ageludin menyebutkan, cidomo adalah kendaraan tradisional yang sudah berpuluh tahun silam menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat di Pulau Lombok. Penggunaan cidomo sebagai transportasi di Gili Trawangan, merupakan langkah pelestarian budaya, sekaligus untuk mempertahankan kejernihan lingkungan dari polusi udara.

Siapa sangka, jika dahulu kala Gili Trawangan merupakan tempat pembuangan narapidana, kini telah menjelma menjadi destinasi bahari menawan, di mana wisatawan silih berganti hadir dan meresepi keindahan sebuah pulau kecil, di mana terumbu karang masih terjaga kelestariannya dan bumi Gili Trawangan pun terlindungi kebersihan udaranya.  

Wisata Bahari NTB

Gili Trawangan, hanyalah salah satu dari objek wisata bahari di NTB. Sesungguhnya,  memijakkan langkah di daratan NTB seolah menapak di surga wisata bahari, di bagian timur Ibu Pertiwi. NTB memiliki tebaran wisata bahari: keindahan gili, eksotika pantai, kemolekan danau dan ritual adat yang menjadi napas tradisi yang tak terpisahkan dari masyarakat.

NTB terdiri  dari 864 pulau besar dan kecil, merupakan provinsi kepulauan yang telah mengenal dunia kemaritiman sejak lama. Sebagai salah satu provinsi kepulauan, sekaligus segitiga emas maritim wilayah Timur Indonesia, menjadikan daerah ini begitu diminati investor kelautan dan maritim untuk mengembangkan usaha. Tingginya minat investor membuat sektor pariwisata kian mengeliat di wilayah NTB.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB melansir angka kunjungan wisatawan ke NTB periode Januari-Mei 2015 mencapai 900 ribu orang. Angka ini mengalami  peningkatan apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014.

“Angka ini didapatkan berdasarkan tingkat hunian hotel. Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke NTB selama ini mayoritas berasal dari wisatawan asal Malaysia dan  Australia. Kami optimistis target angka kunjungan 2 juta wisatawan pada tahun 2015 bisa tercapai, mengingat jumlah penerbangan ke Lombok telah bertambah,” kata Kadisbudpar NTB Lalu Muhammad Fauzal kepada sejumlah media, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Kementerian Pariwisata memprediksikan jika target kunjungan wisatawan mancanegara wisata bahari di Tanah Air bakal meningkat dalam lima tahun terakhir. Pada tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan mancanegara ditarget sebanyak 1 juta orang. Tahun 2015 target naik  menjadi 1,3 juta wisatawan mancanegara. Target kunjungan wisata bahari tahun 2016 ialah 1,8 juta pengunjung, sedang angka yang ditargetkan pada tahun 2017 adalah  2,3 juta wisatawan mancanegara dan tahun 2018 target kunjungan wisata bahari adalah  3 juta orang.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebutkan bahwa potensi wisata bahari Indonesia sangat besar, hanya sayangnya belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal sebanyak dua pertiga wilayah Indonesia pun terdiri dari laut, akan tetapi potensi maritim di Tanah Air masih belum maksimal pemanfaatannya, termasuk dari segi pariwisata.

“Persentase pendapatan negara maupun nominal sumbangan pariwisata bahari di Indonesia ini masih sangat rendah, jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia atau Maldives,” ujar Arief.

Pembenahan fasilitas dan tak henti berinovasi dalam mengemas wisata, tentu diharapkan dapat mendongkrak angka kunjungan wisatawan ke berbagai objek wisata di Indonesia. Termasuk ke destinasi wisata bahari. Hal ini agar bersinergi dan sejalan dengan harapan pemerintahan Jokowi-JK yang berencana menggenjot angka kunjungan wisatawan ke Indonesia. Pada tahun 2019, diharapkan Indonesia mendapat kunjungan sebanyak 20 juta wisatawan mancanegara.

Harapan ini bukan sekedar harapan, jika ada langkah berbenah diri dari pihak terkait demi memajukan pariwisata Indonesia agar lebih terkenal di kancah internasional. Sekaligus memajukan wisata bahari agar dapat menjadi ‘trade mark’ kemaritiman bangsa di masa mendatang, dan keelokan bahari Nusantara bisa bersaing dengan negeri seberang.

Penulis : Tri Vivi Suryani email: trivivisuryani@gmail.com

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA
    x
    x