Mataram, MATARAMnews – Ratusan mahasiswa dari berbagai Perguran Tinggi di Mataram yang tergabung dalam Aliansi Rakyat NTB, Kamis (29/3/2012) turun aksi kejalan untuk menolak keputusan pemerintah yang akan menaikkan harga BBM. Pasalnya, kenaikan tersebut akan berimbas terhadap kenaikan bergagai kebutuhan bahan pokok yang menjadi kebutuhan utama rakyat.
Secara bergantian para demonstran menyatakan kecewa, sebab setelah menyampaikan orasi yang cukup dan berkali-kali meminta Gubernur NTB untuk menemuinya, namun tidak ditanggapi.
Dalam orasinya Baharudin selaku koordinator Lapangan dalam aksi tesebut mengatakan bahwa tidak ada alasan bagi pemerintah untuk menaiikan BBM. Indonesia saat ini memiliki 600 sumur minyak yang menghasilakan sebanyak 1,4 juta barel yang setara dengan 222.600.000 liter perhari, ironis dari sekian banyak produksi minyak tersebut ternyata Pertamina hanya mengelola 8,8 persen atau sebesar 123.000 barel atau 19.557.000 liter yang selebihnya dikelola perusahaan swasta asing seperti Petronas, Shell, Exon Mobil Chevron dan laninya.
Penguasaan sumberdaya minyak oleh korporasi asing hingga mencapai 91,2 persen menurut pengunjuk rasa merupakan penyebab Negara Indonesia sampai saat ini tidak berdaulat dalam mengelola sumberdaya alam yang ada.
“Untuk mengatasi hal ini seharusnya pemerintah memberikan subsidi dalam meningkatkan produksi minyak dalam negri,” jelasnya.
Teriakan dan hujatan pengunjuk rasa pada Gubernur NTB yang tak kunjung menemui mahasiswa juga terjadi, dimana salah seorang mahsiswa yang memperkenalkan diri sebagai salah satu mahsiswa Fakultas Hukum Unram berteriak dan menagih janji Gubernur untuk menemui pengunjuk rasa.
Selain mengatakan TGB sebagai seorang penghianat Masyarakat NTB ia juga meneriaki semua pejabat yang tidak mau keluar menemui pengunjuk rasa. ”Para pejabat jangan hanya mau keluar jika berbicara masalah uang dan proyek,“ teriaknya.
Selain itu, para mahasiwa mengheningkan cipta dan menggelar aksi teatrikal sholat berjamaah dengan seorang imam yang di buat seperti Tuan Guru Bajang untuk menunjukkan sikap Gubernur NTB yang menurut mahasiswa begitu tunduk pada SBY, menjadikan Partai Demokrat sebagai kitab suci dan mengindahkan aspirasi masyarakat NTB.
Meski dalam aksi tersebut mahasiswa dan pemuda berhadapan lansung dengan aparat yang mengamankan unjuk rasa, namun dari kedua belah pihak tidak terlibat anarkis hingga para pengunjuk rasa membacakan tuntutan yang diantaranya menolak keputusan pemerintah menaikkan BBM dan TDL, “utamakan BBM untuk kepentingan Rakyat, Efesiensi pengeluaran anggaran untuk pejabat negara serta mendesak pemerintah menigkatkan subsidi pada pertamina guna meningkatkan produksi minyak”.
Setelah kecewa karena tidak ditemuui Gubernur, akhirnya membubarkan diri dan berjanji akan menggelar aksi yang lebih besar dan tetap akan menolak kenaikan BBM hingga 1 April mendatang.
Tidak ada komentar