x

Diskusi M.16 Lakukan Berhizib, Berzikir dan Berdiskusi untuk NTB yang HARUM dan Sejahtera

waktu baca 2 menit
Sabtu, 5 Jan 2013 09:12 0 22 Redaksi

TGH. Ahmad Taqiudin Mansyur : Para Pemimpin Harus Adil dan Siap Dikritik


MATARAM – Sebuah cita-cita yang besar berawal dari mimpi-mimpi yang telah dirasakan, dan harus sungguh-sungguh sesuai dengan yang dicita-citakan, serta merealisasikan yang menjadi target bersama. Apalagi, agenda kegiatan yang dilaksanakan oleh M.16 ini, harus bercita-cita dan merealisasikannya menjadi target kedepan untuk daerah NTB. Demikian disebutkan DR. HL. Abd Muhyi Abidin dalam diskusi M.16, pada Jumat (4/1/13).

Dalam agenda mingguan yang dilaksanakan oleh M.16 saat ini, ada yang berbeda dari minggu sebelumnya, seperti dilakasanakannya Berhizib, Berzikir dan Berdiskusi untuk NTB yang HARUM dan Sejahtera.

Dihadiri DR. HL. Abdul Muhyi Abidin, Drs. TGH. Ahmad Taqiudin Mansyur, M.PdI, L. Akram Wirahady, L. Satria Wangsa, tokoh-tokoh agama, budayawan, ormas, LSM, Pemuda dan Mahasiswa.

Agenda Berhizib, Berzikir untuk NTB yang HARUM dan sejahtera ini dihajatkan sebagai ajang shilaturrahim biasa antara personalia M.16 dan seluruh elemen yang ada, dan tidak ada kaitannya dengan dukung mendukug balon gubernur NTB.

“agenda ini murni kegiatan keagamaan untuk menambah pengetahuan dan mempertebal rasa keimanan semata, tidak ada maksud-maksud politis dibalik kegiatan ini,” jelasnya.

Kegiatan yang dimulai dengan membaca Hizib setelah itu berzikir, dan dihajtkan untuk NTB yang HARUM dan Sejahtera, mendapat tanggapan positif dari berbagai elemen masyarakat yang mengahdiri agenda tersebut.

Drs. TGH. Ahmad Taqiudin Mansyur, M.PdI dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa kegiatan tersebut hanya sebagai renungan dan refleksi kita bersama. “Para pemimpin daerah ini harus adil dan siap menerima kritikan,” tegasnya.

Menurutnya, terkait persoalan kebohongan hanya satu yang diperbolehkan yaitu berbohong untuk mendamaikan. Ia mencontohkan seperti berbohong untuk mendamaikan para istri-istri bagi yang beristri lebih dari satu. Sedangkan untuk nikah siri memang boleh akan tetapi harus berani terang-terangan dan jelas pernikahan yang dilakukan.

Disebutkan juga, tolak ukur keberhasilan dalam kepemimpinan baik di pemerintahan ataupun yang lain ada empat diantaranya, pertama pemimpin yang menaburkan kedamaian. Kedua, pemimpin yang mensejahterakan rakyatnya. Ketiga, pemimpin harus membangun jaringan-jaringan diluar. Keempat, pemimpin yang sering bangun tengah malam melaksanakan ibadah dan berdo’a.

Maksudnya, lanjut Taqiudin, pemimpin dikatakan berhasil apabila rakyat atau jamaah mentaatinya dan membangun kebersamaan.

“janganlah dipaksakan berbeda jika sudah sama. Sering kami dimintai pendapat setelah itu tidak pernah diberikan hasil pendatapan artinya tidak berbagi, pendapat sering sama akan tetapi pendapatan tidak sama. Pemimpin juga jangan sampai ada anggaran yang disembunyikan, harus ada keadilan dan jangan berat sebelah,” katanya.

(Azami)


Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA
    x
    x