“Kapolda NTB Brigjen Pol M. Iriawan menyampaikan harapannya kepada seluruh komponen masyarakat untuk mendukung langkah-langkah yang dilakukan pihak kepolisian dalam menangani masalah teroris”
LOTENG – NU adalah pesantren besar dan pesantren adalah NU kecil. Seluruh muslimat diminta untuk mengembangkan perekonomian ummat, dan membentuk sebuah wadah seperti koperasi, bagi pengurus muslimat-muslimat ditingkat bawah. Demikian disebutkan Ketua Umum PP Muslimat NU DR. Hj. Khafifah Indar Parawansa pada Peringatan Harlah Muslimat NU ke-67 yang dirangkai dengan Haul wafatnya KH. Abddurrahman Wahid (Gus Dur) serta perayaan Maulid Nabi yang di selenggarakan Ponpes Qamarul Huda Bagu Kecamatan Pringgarata Loteng (15/1/13).
Acara tersebut dihadiri Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU DR. Hj. Khafifah Indar Parawansa, M.Si, Kapolda NTB Brigjen Pol Muhammad Iriawan, anggota DPD RI HL. Supardan, Wabup Loteng HL. Normal Suzana, Bupati KSB KH. Zulkifli Muhadli, Ketua DPRD Loteng HM. Yusuf Saleh, Kapolres Loteng AKBP Supriadi, Dandim Loteng Letkol Gatot Heru Buana, sejumlah SKPD, para tamu undangan lainnya, para wali santri dan jamaah nahdliyin.
Dalam kesempatan itu, DR. Hj. Khafifah Indar Parawansa mengatakan, NKRI harus dikawal dengan pendekatan kesejahteraan dan keadilan, problematika ummat sangatlah besar. Padahal didalam Al-Qur’an sudah dijelaskan agar kita jihad dengan harta benda, maka harus kita memahami apa yang dijelaskan didalamnya dan kita laksanakan. Problemnya kita disuruh jihad bil mal akan tetapi masih banyak ummat yang miskin, hal inilah yang menjadi masalah kita bersama.
“Kami juga pernah ke Dompu dan melihat kondisi masyarakat disana, sehingga potensi-potensi garis ekstrim terlihat disana. Ada problem proses penetrasi agar bisa masuk pada garis moderasi, inilah yang harus kita lakukan di semua lapisan. Peran dari para Tuan Guru dan ponpes-ponpes sangatlah kuat, inilah yang akan memageri para santrinya. Dibanding pada zaman Rasulullah dengan sekarang jauh berbeda. Pada zaman Rasulullah musuh itu bisa jadi saudara, tapi kalau zaman sekarang beda pilihan saja saudara jadi musuh,” jelasnya.
Sedangkan Ketua PW. NU NTB Drs. TGH. Ahmada Taqiuddin Mansyur, M.Pdi menyampaikan bahwa Ponpes Qamarul Huda Bagu adalah salah satu symbol NU di NTB, yang harus terus dikembangkan lebih maju lagi. Apalagi, pengembangan lembaga pendidikan yang maju pesat, bahkan kedepan akan di buka universitas.
“Melihat situasi saat ini, terkait masalah teroris PW NU NTB akan melakukan pertemuan di pulau Sumbawa dan akan hadir juga dari PB NU,” ungkapnya.
Sementara, Kapolda NTB Brigjen Pol M. Iriawan menyampaikan harapannya kepada seluruh komponen masyarakat untuk mendukung langkah-langkah yang dilakukan pihak kepolisian dalam menangani masalah teroris, apalagi pada minggu yang lalu telah dilakukan penyergapan di Bima dan Dompu terhadap para terduga teroris yang melarikan diri dari Poso, Makasar dan masuk ke Bima.
Dijelaskan Kapolda, jaringan teroris yang masuk ke wilyah Bima berjumlah 7 orang, selanjutnya hasil investigasi dilapangan oleh tim densus 88 Mabes Polri yang mengikuti pergerakannya dan melakukan pengintaian. Dan ini diindikasi jelas oleh tim Densus 88 Mabes Polri berdasarkan fakta investigasi. Namun, atas kesigapan dan peran serta masyarakat terhadap kegiatan jaringan teroris tersebut bisa menggagalkan pergerakan teroris tersebut.
“pergerakan jaringan teroris dengan menyiapkan bahan-bahan yang akan diledakkannya, telah diiukuti tim Densus 88 Mabes Polri, bahkan sempat terjadi kontak senjata dengan dua terduga teroris tersebut, ungkapnya.
Hal ini, lanjut Kapolda sudah ada standar oprasionalnya atau tahapan-tahapannya, pihak kepolisian juga tidak ingin para terduga teroris meninggal ditembak, karena jaringannya akan terkuak, juga bisa membahayakan masyarakat dan melakukan perlawanan, maka tim Densus 88 melakukan penembakan terhadap dua terduga.
“lima orang melarikan diri ke wilayah Dompu di sebuah rumah di perbukitan, dari hasil penggerebekan di tempat tersebut ditemukan bom rakitan yang siap ledak. Ada 261 jenis pipa dan langsung di amankan di Mako Brimob. Jadi tindakan tegas harus dilakukan karena situasi tidak memungkinkan. Kami minta dukungan dari seluruh elemen masyarakat terkait masalah teroris. Bahkan tuduhan mencurigai Ponpes-Ponpes oleh beberapa kelompok kepada pihak kepolisian itu merupakan hal yang tidak benar,” jelas Kapolda NTB.
Acara tersebut ditutup dengan pembacaan do’a oleh TGH. LM. Turmudzi Badarudin.
(Azami)
Tidak ada komentar