LOTENG – Shilaturrahim dan pengajian akbar yang dilaksanakan Ponpes Qamarul Huda Bagu, dihadiri langsung mantan ketua umum PB. NU, KH. Hasyim Muzadi. Sedangkan Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang (TGB). H. Zainul Majdi yang sebelumnya akan menghadiri acara tersebut tidak bisa hadir. Namun beberapa pejabat Pemprov hadir seperti, Asisten I Pemprov NTB, H. Ridwan Hidaya, Kadis Dikpora NTB, HL. Syafi’i, Kadikes NTB, TGH. Mahally Fikri, wakil ketua DPRD Loteng, HL. Sudiartawan serta beberapa tokoh partai politik.
Pernyataan tak bisa hadir dan salamnya TGB disampaikan langsung oleh TGH. Mahally Fikri dihadapan para jamaah. “TGB. H. Zainul Majdi tidak bisa hadir dalam acara ini, karena kondisinya yang tidak memungkinkan, yang sebenarnya sudah dipersiapkan pengawalan dari Pancor,” ungkapnya.
Sementara dalam kesempatan itu, dihadapan para jamaah pengajian KH. Hasyim Muzadi menyampaikan beberapa hal diantaranya, berharap kepada para santri yang belajar di Ponpes Bagu, agar ilmu yang mereka dapatkan bermanfaat untuk ummat serta mengajak para santri untuk mendoa’akan para Tuan Guru agar diberikan kesehatan dan tetap istiqomah.
“para tuan guru juga membutuhkan do’a dari ummat,” jelasnya. Menurutnya, berangkat dari Ponpes lah dibentuk kualitas manusia, karena ilmu kadang bermanfaat, kadang mubazir. “Kapan ilmu bermanfaat ?, pada saat ilmu tersebut diberkahi oleh Allah”.
Lebih lanjut, Hasyim Muzadi mengatakan, ilmu apapun akan bermanfaat, baik ilmu agama ataupun ilmu umum, semua ilmu memiliki keterkaitan terutama ilmu agama. “Tidak mungkin ada ilmu kedokteran kalau tidak ada yang didokterin,” ujarnya.
Menurutnya, memang ilmu agama dan ilmu umum itu beberda, namun hanya satu yang mempersatukannya yaitu kekuasaan Allah. Hanya orang yang memiliki rasa takut dan taat kepada Allah saja baru dikatakan ulama, karena orang yang taqwalah yang mampu mengamalkan ilmu dan amaliahnya. Karena amalnya sama dengan ilmunnya dan ilmunya yang bergerak menjadi amalnya.
“Ada orang yang memiliki ilmu dikatakan pintar, tidak masalah bagus bisa dikatakan pintar. Ada orang yang memiliki ilmu namun hatinya kotor, maka ikutlah rusak ilmunya. Misalnya, ada orang yang bergelar sarjana hukum, bahkan menjadi pembela hukum, pembela keadilan. Ada tidak yang jual beli hukum ? dijawab ada. Ada yang makelar hukum, ada yang jual pasal-pasal hukum. Anehnya ada yang paham dan mengerti hukum justru banyak yang terkena hukuman, sementara orang yang tidak mengerti hukum dan hanya berahlakul karimah tidak akan terkena hukuman,” ungkapnya.
Namun orang yang mengerti hukum dan hatinya rusak, lanjutnya lagi, maka diputar-putarnya hukum tersebut menjadi kejahatan yang beranekaragam. Rizki yang diberikan kepada orang yang tamak dan loba tidak akan berkecukupan, karena tidak diberikan rizkinya kepada yang lain. Politik kuncinya ada pada amanah dan kejujuran. “Amanah itu kan dititipi dan harus dilaksanakan, sedangkan jujur harus mengatakan apa adanya,” ujarnya.
“Jika jamaah nonton acara tv atau baca berita di media, melihat para pemimpin kita bertengkar, kesal atau tidak ? pasti kesel,” katanya. Mestinya, pemimpin-pemimpin jangan “bermain-main”, yang ahirnya kita punya pemimpin menjadi pemain-pemain.
“Rakyat tidak mendapatkan kepemimpinan melainkan mendapat permainan dari para pemimpin. Mau berpolitik sah-sah saja, orang yang tidak sekolah pun bisa berpolitik. Ngawur sana sini, manuver sana sini, bisa dilakukan oleh mereka yang tidak sekolah. Hal inilah yang terjadi, sehingga menjadi “perdagangan politik”, ini merupakan ilmu umum. Apalagi dengan ilmu agama yang sudah jelas menjadi dasar kita, masih bisa diputar-putar,” jelasnya.
Shilaturrahim dan pengajian akbar tersebut ditutup dengan do’a oleh pengasuh Ponpes Qamarul Huda Bagu, TGH. LM. Turmudzi Badarudin, namun sebelum do’a dimulai beliau mendo’akan TGB. H. Zainul Majdi agar diberikan kesehatan oleh Allah SWT.
(Azami)
Tidak ada komentar