Lobar, MataramNews – Suksesnya pelaksanaan program komversi mitan ke elpiji semestinya dibarengi dengan menyiapkan stock cadangan gas yang cukup sehigga akan berjalan sinergis tatkala kemudian subsidi minyak tanah dicabut sehingga suplai gas elpiji tidak mengalami kelangkaan dengan menyiapkan SPBE yang kemudian akan menyiapkan kebutuhan masyarakat. Hal ini dikatakan Izzul Islam kepada wartawan, ditemui dikediamannya.
Secara pribadi kata Izzul saya merasa terpanggil untuk membantu program konversi mitan ke gas karena begitu besar dampaknya terhadap anggaran Negara, serta kepekaan masyarakat terhadap ketersediaan bahan bakar, baik rumah tangga, industry, transportasi, maupun lainnya.
Selain itu, pengkondisian soisal masyarakat, dan terakhir sebagai putra daerah NTB saya ingin mengambil bagian untuk turut berpartisipasi real mendapatkan ijin serta membangun SPPBE (Stasiun Penngisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) dengan tepat waktu.
Stock cadangan Gas Elpiji diwilayah pulau Lombok masih sangat terbatas, saat ini saja ada sekitar 30 ribu tabung gas elpiji 3 kg. mlik pertamina menumpuk dalam keadaan kosong. Karena itu Bersama beberapa rekan yang berpengalaman dimana saya duduk sebagai komisaris utama, saya dengan tulus mengikuti tender pengadaan pengoprasian stasiun penerimaan (Depo mini) LPG NTB.
Izzul juga menambahkan Sebagai bentuk real dukungan konversi mitan ke LPG kami sudah memiliki lahan yang tepat, menyediakan permodalan serta kemampuan teknis, dibantu konsultsn tersertipikasi pertamina, maupun rekan dibidang oil and gas construction, dan yang terpenting adalah dukungan pemerintah daerah maupun masyarakat umum seperti yang sudah kami sajikan ke panitia tender berupa surat dukungan maupun ijin prinsip dari instansi terkait.
Hari ini , dimana SPPBE di Lombok Barat sudah beroprasi dan sebentar lagi di Lombok Timur dan juga Lombok Tengah, semeentara pasokan LPG masih tergantung Depo Manggis Bali. Menurut perhitungan kami Depo Manggis tidak akan mampu mensuplai kebutuhan LPG sesuai dengan kebutuhan masyarakat NTB.
Dari informasi yang kami peroleh, Depo LPG Manggis terganggu kelangsungannya karena kondisi geografis maupun sosial masyarakatnya, juga kemampuan kapasitas tamping. Kondisi geografis menjadi alasan teknis dan tergangnggunya oprasional terutama pada saat ombak besar. Kami menerima kabar bahwa depo LPG di Tanjung Periuk Jakarta, Eretan Idramayu, Balongan Cirebon terhenti lading ship to storage karena angin dan ombak besar. Dari kasus ini, sebagai mitre pertamina kami mngusulkan pilihan lokasi Stasiun Penerimaan Gas di pelabuhan yang tidak terlalu terganggu dengan cuaca ekstrim karena posisi geografisnya di Teluk Lembar, Lombok Barat.
Sebagai penyemangat, kami sebagai peserta tender Stasiun Penerimaan Mini LPG Lombok, sudah mengikuti prosedur tender, waktu yang dijanjikan dimana awal tahun 2012 harus dibangun kami kejar kelengkapan dan kesiapannya termasuk pembelian lahan,. Down Payment kapal tengker khusus LPG, ijin lokal, menggandeng konsultan tersertipikasi pertamina dan pndekatan masyarakat.
Kami menyayangkan tertundanya pengumuman tender tersebut karena pasti akan menyulitkan pertamina dalam konsisten program konversi mitan ke gas yang berdampak kepada kesulitan masyaraket untuk mendapatkan kebutuhan primer karena LPG sekarang ini sudah merupakan kehidupan yang menyangkut hajat hidup masyarakat luas, khususnya masyarakat NTB yang sudah menyambut baik dan telah merasakan mamfaat program konversi.
Disisi lain Munawir Haris dari Gompar Parlement wach mendesak agar pihak pertamina segera mengumumkan hasil tender yang sudah dilaksanakan sehingga kebutuhan masyarakat segera terlayani. Disamping itu, aspek pertimbangan yang paling utama adalah memberikan prioritas kepada putra daerah untuk mengelola sendiri karena memahami karakter masyarakatnya sehingga nantinya pendistribusian akan berjalan seiring tuntutan kebutuhan masyarakat. karena itu pertamina harus menjadikan ini sebagai sebuah catatan pertimbangan yang utama. Tegas munawir.
Tidak ada komentar