JAMBI – Kongres PMII yang ke XVIII kali ini akan dilangsungkan di Provinsi Jambi pada 30 Mei – 5 Juni 2014. Dengan mengambil tema “Harmoni Bernegara untuk Kejayaan Indonesia,” kami berharap semua unsur bangsa Indonesia yang beraneka ragam bisa berdialog secara positif dan produktif serta bersinergi dalam konteks bernegara untuk Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur. Menjadi bangsa yang kuat secara ekonomi, politik dan budaya. Disegani dan dihormati dalam pergaulan internasional.
Kongres PMII kali ini memang berada dalam momentum yang cukup riskan karena berlangsung beriringan di antara pemilu dan pilpres. Oleh karenanya, cukup banyak godaan serta intervensi pihak-pihak luar yang berkepentingan terhadap organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia ini. Namun kami mempunyai sikap yang jelas, bahwa kami merupakan organisasi mahasiswa yang independen. Kongres ke XVIII di Jambi akan menghasilkan rekomendasi berupa gagasan, pemikiran terbaik mahasiswa yang akan kami tawarkan kepada capres-cawapres terbaik. Sebagai uji kelayakan dan kecakapan mereka sebagai calon pemimpin bangsa dan Negara Indonesia.
Sejak kelahirannya pada 1960, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia mengalami pasang surut dinamika perjalanan bangsa Indonesia. PMII dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama, di masa NU menjadi partai politik. Pada 1972, PMII menyatakan independen dari NU karena berbagai pertimbangan. Salah satunya karena NU menjadi partai politik, sehingga menyebabkan PMII tidak leluasa dalam melakukan perjuangan sesuai dengan idealisme dan kreatifitas mahasiswa dan pemuda.
Namun, sesungguhnya deklarasi independen tersebut bukan berarti independen dalam arti sepenuhnya. Karena pada awal 90’ an hal itu kembali ditegaskan oleh PMII, bahwa independensi PMII hanyalah secara organisatoris selebihnya PMII-NU merupakan satu kesatuan dalam pengamalan dan perjuangan menegakkan Islam yang ramah dan toleran, Islam rahmatan lil alamin dan berhaluan ahlu sunnah wal jamaah. Baik secara kultur, pendidikan, pandangan kebangsaan, kenegaraan dan sebagainya. Bahkan dalam proses kaderisasi, bisa dikatakan PMII selangkah lebih maju dari pada NU. Oleh karenanya, PMII bisa lebih terbuka dan adaptatif bahkan melakukan proses dialektika terhadap berbagai perkembangan budaya dan pemikiran yang ada.
Tidak sedikit peran dan kontribusi PMII bagi bangsa dan Negara Indonesia. Proses perjalanannya dalam setengah abad lebih ini menjadikannya cukup dewasa dan eksis berperan secara positif sebagai organisasi mahasiswa dan pemuda yang cukup disegani di Indonesia. Oleh karenanya, kami sangat menyayangkan setiap adanya usaha dan langkah yang membawa PMII kepada kemunduran. Baik dari unsur internal maupun eksternal. Terlebih lagi jika ada intervensi politik yang dipaksakan dari kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan agenda politik mereka.
Berdasarkan uraian dan pembacaan di atas maka kami menghimbau dan menyerukan.
Satu, hilangkan praktik-praktik politik yang tidak mendidik di internal PMII dan organisasi mahasiswa lainnya. Kontestan calon ketua umum harus bersaing secara sportif dengan mengunggulkan prestasi, gagasan dan program kerja bagi seluruh kader PMII di berbagai kampus di Indonesia.
Dua, hilangkan praktik-praktik transaksional dan politik uang yang diback up oleh partai-partai politik tertentu, terutama partai politik yang selalu mengklaim mengatasnamakan pejuang ahlu sunnah wal jamaah.
Tiga, Kader PMII tidak dibenarkan mendukung calon ketua umum PB PMII yang terindikasi terlibat praktik politik uang dan diback up oleh partai politik tertentu. Terutama partai politik yang mengklaim pejuang Islam ahlu sunnah wal jamaah.
Empat, PMII adalah organisasi yang besar, bukan hanya di Jawa tapi tersebar di seluruh Indonesia. Oleh karenanya, calon ketua umum PB PMII harus mampu dan mumpuni dengan pengalaman pernah menjadi Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
Lima, Kami sangat menyayangkan sikap dan peryataan para pemimpin NU yang menghendaki PMII menjadi banom NU namun tidak pernah ikut terlibat dan turun tangan dalam setiap kerja-kerja bersama PMII.
Enam, PMII dan NU merupakan organisasi yang sejajar dan saling memperkuat satu sama lain. Bukan saling melemahkan dan menjadikan PMII sebagai underbouw organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU).
Tujuh, PMII menyerukan kepada kader-kadernya di seluruh Indonesia untuk tidak memilih capres-cawapres yang di dukung oleh politisi busuk dan terbukti melakukan intervensi dengan agenda-agenda politiknya pada kongres PMII ke XVIII di Provinsi Jambi.
Delapan, PMII akan menyiapkan langkah-langkah antisipatif serta respon gerakan terhadap setiap usaha intervensi agenda politik pihak-pihak luar, baik perseorangan maupun dari lembaga dan partai politik.
Dan sembilan, kepada semua pihak dan seluruh elemen bangsa Indonesia agar saling menghormati dan menjunjung etika dalam setiap proses berbangsa dan bernegara, khususnya dalam pilpres 2014.
[Ketua Umum PB PMII : Addin Jauharudin]
Tidak ada komentar