SEMINGGU setelah melaksanakan Lebaran Tinggi (hari raya Idul Fitri), masyarakat Lombok, NusaTenggara Barat, Indonesia mengadakan Lebaran Topat (hari raya ketupat). Lebaran Topat merupakan penutup dari pelaksanaan puasa Sunnah Syawal yang dilaksanakan sejak tanggal 2 sampai 7 Syawal. Dalam masyarakat Lombok, Lebaran Topat juga dikenal dengan sebutan Lebaran Nine (lebaran wanita). Sebutan Lebaran Nine pada hari raya ketupat merupakan cara masyarakat Lombok untuk membedakan dengan Lebaran yang diadakan setelah berpuasa selama sebulan di bulan Ramadhan yang disebut Lebaran Mame (lebaran pria), (kompas-cetak/17/10/2007).
Di Lombok, Setelah enam hari berpuasa Sunnah, masyarakat merayakannya dengan menyelenggarakan Lebaran Topat. Dengan kata lain, orang yang berhak merayakan Lebaran Topat adalah mereka yang melaksanakan puasa Sunnah.
Seiring dengan berjalannya waktu, Lebaran Topat tidak hanya dilakukan oleh mereka yang berpuasa tetapi oleh semua masyarakat Lombok. Lebaran Topat tidak lagi sebagai ritual keagamaan eksklusif orang yang berpuasa, tetapi juga oleh orang yang tidak berpuasa. Oleh karena Lebaran Topat telah menjelma menjadi tradisi masyarakat Lombok, maka perayaannya terkadang lebih meriah dari perayaan a Idul Fitri. Setelah terjadi perubahan dari sekedar ritual keagamaan pasca puasa Sunnah menjadi tradisi kultural masyarakat, perayaan Lebaran Topat tidak hanya dirayakan dengan selamatan tetapi juga dirayakan denga melakukan rekreasi ke sejumlah objek wisata, khususnya pantai. Lebih lanjut, seiring upaya pemerintah menjadikannya sebagai media untuk menarik wisatawan, tidak mustahil Lebaran Topat pada akhirnya akan menjadi sekedar festival tahunan masyarakat Lombok. Namun konsekuensinya kehilangan nilai-nilai kesakralannya.
Pergeseran makna ini menjadi akulturasi budaya yang sangat pariatif sehingga semua unsur dan kepentingan bisa masuk mewarnai lebaran ketupat tersebut. Moment lebaran ketupat yang bersamaan dengan moment tahunan politik ini menjadikan lebaran ketupat sebagai media promosi denan balutan silaturahmi menebar janji politik yang natinya berisikan kontrak sosial kepada masyarakat atau yang lebih dikenal dengan poltik transaksional. Para calon legislatif berbondong- bondong menjadi sosok orang yang merakyat berjuang membela rakyat seakan semua waktunya habis digunakan untuk bersilaturahmi kerumah masyarakat yang dianggap sebagai konstituenya. Mereka memeposisikan diri seakan sebagai dewa penyelamat, yang akan bisa meyelesaikan permasalahan masyarakat. Namun semua itu adalah patamorgna yang selalu menjadi bomerang bagi masyarakat.
Jika kita melihat philosopi ketupat bagaimana ketupat menjadi penganan yang bisa menjadi pengganti nasi dan sangat pleksibel bisa di suguhkan dengan berbagai jenis makanan lainya namun tetap bisa enak. Dengan apapun lauknya. Dibungkus mau pakai pita atau dengan menggunakan daun kelapa muda tetapi tetap saja isi ketupat adalah beras dan yang mampu menggantikan fungsi nasi sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.
Jika kita ambil analogi seperti ini maka seorang pemimpin hasus tengguh, tujuannya harus mulia bukan politis, apaun jenis kendaraan atau partainya namun tujuan harus satu menciptakan masyarakat akademis atau berpendidikan pemerintah bertanggung jawab atas pendidikan masyarakatnya dan masyarakat juga harus berusaha meningkatkan pendididkan dan kapasitas keilmuanya sehingga sumberdaya manusia indoneisa bisa menyamai negra-negra maju didunia 2. pencipta bagaimana masyarakat dengan arahan pemimpinnya mampu menciptakan hal baru didunia ini yang nanti akan berguna untuk kepentingan umat dan bangsa. 3. Pengabdi, para pemimpin kita dan masyarakt harus mendedikasikan dirinya untuk bangsa da negra, pengadian itu dialamatkan untuk agamanya dan masyarakat sehingga masyarakat tidak lagi merasa bahwa permasalahan bangsa ini hanya diselesaikan atau ditanggung oleh pemerintah. 4. Beriman apapauan kemasalahan bangsa dan negara ini tetap harus kembali kepada masyarakat yang bagaimana masyarakat menyikapi permaslahan tersebut jika dengan menggunakan hawa nafsu maka emosi pribadi yang akan keluar namun jika iman yang dikedepankan nilai dan norma agama akan membentengi segala sikap dan tingkah laku mereka 5. Bertanggung jawab, semua unsur baik pemerintah dan masyarakat harus bertanggung jawab demi terbinanya masyarakat adil, makmur yang diridhoi oleh Allah yang maha kuasa. Jika para pemimpin dan masyarakt kita bisa menjadi mitra maka konsef ketupat yang bisa multifungsi sangat cocok untuk menggambarkan harapan masyarakat.
Tradisi dan budaya kepentingan
Lebaran ketupat yang dilestarikan di Lombok ini merupakan tradisi yang sangat memugkinkan untuk disusupi oleh politis. Karena moment lebaran ketupat diakakan di beberapa titik seperti pantai, tempat-tempa umum sehinga menjadikan para calon anggota legislatif berbondong-bondong akan melakukan politik pencitraan melalaui atribut kamapanye walaupun belum waktunya.
Penomena ini semakin akut ketika kepentingan politik sangat dikedepankan. Budaya santun silaturahmi sudah ternoda denga sistem yang diciptakan oleh para politikus. Masyarakat diposisikan sebagai anak buah yag bisa diarahkan dan diperintah kemana saja sekenhendak sang politikus. Tadisi semakin memudar karena masyarakt dibawa kelembah kepentingan pribadi dengan mobilitas masyarat tentunya hanya dengan beberapa lembar uang dan bungkusan sembakao, masyarakat sudah menjadi pets man dan bukan lagi menjadi wacth man.
Semua jenis tradisi yang bebau ceremonial pada zaman sekarang ini sudah menajdi lading menabur dan menyisipkan kepentingan politik semata sehingga nilai kesakralanya pudar bahkan hilang. Masayrakt yang beranekaragam ( hetrogen) akan mudah untuk dipengaruhi dengan menciptakan iklim politik ditengah lingkungan masayrakat sehingga akan menciptakan opini baru dikalangan masyrakat sesuai dengan keinginan para maestro politik. Namun pada umumnya masyarakat tidak mau berpikir jangka panjang sehingga hanya dengan sedikit sentuhan mereka sudah seperti budak yang turut kepad majikanya.
Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan para caleg dan calon kepala daerah system tradisi yang alami di Lombok dan Indonesia pada umumnya sudah dkalahkan dengan budaya kepentingan sehingga ketika disatukan dan akan menemukan irama yang indah didengar namun akan menjadi bumerang ketika nantinya berhadapan dengan aflikasi dilapangan. Pada saatnya nanti masyakat akan menyalahkan para politikus dan bekas majikanya dahulu ketika masih menjadi calon dan sudah mendapatkan keingnanaya menjadi kepala derah atau calon legislatif mereka seperti jarum yang berada ditumpukan jerami sulit sekali ditemukan.
Mereka berdalih sedang melakukan tugas kedinasan padahal para anggota dewan atau kepala daerah tugas kedinasanya bukan dengan orang-orang besar terus namun porsi yang paling besar harus diberikan kepada masyarakat. Karena objek para pemimpin adalah masyarakat jadi sangat tidak etis jika para pemimpin hanya melakukan silaturahmi pra pemilu dan menghilang pasca pemilu. Siapa yang akan memebayar janji politik mereka dan siapa tempat para masyarakat mengadukan nasibnya, akankah bayangan indah janji para politikus kita hanya menjadi patamorgana yang kelihatan ketika masa kampanye dan sirna paska pemilu. Kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa dalam hal ini karena sistem negara kita dalam pelaksanaan pemilu mengunakan system voting tidak menggunakan system musyawarah mupakat, untuk mendapatkan hasil yang lebih akuntabel dalam semua tugas atau amanah yang mereka emban. Sehingga dalam system ini seorang professor akan dikalahkan oleh tukang becak atau tukang semir sepatu yang tidak menja
lankan proses pendidikan secara formal.
Terlepas dari semua itu masyakat harus kritis dan jangan apatis melihat pemnomena negara dan bangsa kita ini silaturahmi yang berkenetingan hanya temporal namun silaturahmi yang mentradisi itu akan mejadi sebuah embrio kekeutan masyarakat untuk saling bahu-membahau menggalang kekuatan untuk saling bekerasama menciptakan kemaslahatan. Sehingga tradisi lebaran ketupat tidak simasuki oleh budaya silaturami politik yang hanya akan menitipkan dan memaksa mayarakat untuk masuk kedalam kubangan lumpur panas yang mematikan.
Oleh : Muzakir (sekretaris Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI HMI) Cabang Mataram & Jurnalis Sindo TV Mataram)
Tidak ada komentar