KLU – Misteri meninggalnya Jamaludin (20) warga Dusun Mageling Desa Senaru Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara (KLU), hingga saat ini belum terungkap. Dugaan sementara Jamaludin meninggal karena kecelakaan sepeda motor di jalan raya Bangket Baro Desa Anyar pada sore senin, 29 Juli lalu dan sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Mataram. Namun naas nyawa korban tak tertolong dan menghembuskan nafas terakhir di RSU. Dan pada hari selasa dibawa kembali pulang untuk dimakamkan keluarga di pemakaman umum Mageling.
Belakangan muncul kecurigaan dari warga setempat yang menduga korban bukan meninggal karena kecelakaan, sebab sepeda motor yang dikendarainya tidak mengalami kerusakan bahkan ditemukan dipinggir jalan dalam keadaan utuh dan standar dua. Demikian juga dengan kondisi korban tidak mengalami luka sehingga diperkirakan korban meninggal bukan murni kecelakaan.
Untuk mengungkap misteri tersebut, tentu jenazah korban perlu dibongkar dan diotopsi, apakah benar korban meninggal karena kecelakaan atau memang dibunuh. Dan untuk melakukan otopsi tentu membutuhkan biaya puluhan juta rupiah, sementara keluarga korban yang termasuk orang tuanya Amaq Kamiludin adalah orang yang tidak mampu. “Memang saya dan warga curiga, karena kalau benar korban kecelakaan tentu sepeda motornya akan rusak dan tubuhnya akan mengalami luka.
Tapi apa yang disaksikan oleh warga, bahwa kondisi sepeda motor yang dikendarai Jamaludin dalam keadaan utuh dan korban sendiri tidak mengalami luka kecuali dia merasakan sakit di kepala bagian belakang. Hanya saja untuk mengetahui hal itu tentu jenazah korban harus diotopsi dan butuh biaya tinggi, sementara keadaan keluarga rata-rata orang yang kurang mampu”, kata Amaq Kamiluddin, ketika ditemui dirumahnya kemarin.
Sementara Inaq Kamiludin, ibu korban mengaku, sebelum kejadian itu anaknya Jamaludin pernah menceritakan sesuatu kepada orang tuanya, bahwa dia menerima ancaman dari seseorang. Pasalnya, pada suatu hari, Jamaludin melihat dari jauh seseorang membawa dua ekor kambing. Dan tiba-tiba si pembawa kambing tersebut mendekati korban dan mengancam bila hal itu diceritakan dirinya akan dihabisi. “Memang saat itu Jamaludin memberi saran, jika kambing itu dibawa dari tempat jauh, dia berjanji tidak akan membuka rahasia itu. Tapi bila kambing tetangga maka diminta untuk dikembalikan ke pemiliknya.
Dan rupanya saran itu tidak diterima sehingga anak saya diancam akan dihabisi”, katanya tanpa menyebut nama si pengancam. Selang beberapa hari, setelah menerima ancaman, Jamaludinpun ditemukan terkapar tidak jauh dari sepeda motor yang dikendarainya. Namun setelah dimakamkan barulah orang tua korban mengingat cerita anaknya, sehingga cerita itu menyebar dikalangan warga setempat.
Merespon cerita tersebut, warga Dusun Mageling bahu membahu mengumpulkan dana untuk biaya otopsi agar jelas apakah korban meninggal karena kecelakaan atau karena penganiayaan. “Setelah jenazah korban diotopsi nanti, yang kemudian hasilnya ada tanda-tanda penganiyaan maka proses berikutnya kita akan serahkan ke petugas penegak hukum untuk ditindak lanjuti. Tapi jika murni kecelakaan maka pihak keluarga dan warga akan ihlas melepas kepergian al-marhum”, tegas beberapa warga.
(ari/lombok utara)
Tidak ada komentar