Jakarta – Berbeda dengan masyarakat Indonesia, masyarakat Amerika Serikat meminjam uang untuk traveling.
Agak asing memang melihat fenomena meminjam uang untuk pergi traveling. Bahkan, kerap kali masyarakat tanah air sebal jika ada kerabat yang kerap meminjam uang tetapi kerap juga jalan-jalan. Namun, hal itu tidak berlaku di Negeri Paman Sam. Karena sekitar 20 persen warganya berencana traveling dengan uang pinjaman.
Melansir Thrillist, Sabtu (30/3/2024), rata-rata orang AS yang bekerja juga kesulitan untuk menyeimbangan buku tabungan mereka. Namun, meski tekanan keuangan membebani, jalan-jalan disebut masih menjadi prioritas.
Itu ditunjukkan oleh survei perjalanan musim panas tahunan NerdWallet, yang dilakukan The Harris Poll. Mereka melaporkan bahwa 45 persen orang AS atau kasarnya, sekitar 118 juta orang berencana melakukan perjalanan yang membutuhkan hotel atau penerbangan pada musim panas ini.
Menurut survei tersebut, hal ini akan menghasilkan 424 miliar USD yang dihabiskan pada musim panas ini.
Lalu, survei meneliti 2 ribu orang AS yang berusia di atas 18 tahun, antara tanggal 30 Januari – 1 Februari. Hasilnya, menunjukkan 20 persen orang AS berencana membiayai setidaknya sebagian dari rencana perjalanan dengan kartu kredit. Bahkan, tanpa melunasinya pada siklus penagihan pertama.
Secara keseluruhan, 83 persen berencana membiayai sebagian dari rencana perjalanan mereka dengan kartu kredit.
Namun, dengan harga dan kebutuhan yang semakin meningkat, 91 persen responden mengatakan bahwa mereka membuat perubahan pada rencana mereka untuk menghemat biaya perjalanan. Salah satu caranya adalah dengan mengemudi daripada terbang. Ditunjukkan dengan 43 persen responden memilih jalur darat daripada udara.
Cara lain yang ditempuh adalah dengan memilih akomodasi berdasarkan harga bukan fasilitas. Penerbangan berdasarkan harga, alih-alih kenyamanan. Menggunakan kartu kredit atau miles untuk menutupi pengeluaran disebut juga sebagai cara utama untuk menghemat.
“Jutaan orang Amerika pergi keluar rumah pada musim panas ini, dan banyak yang memilih untuk berkendara ke tujuan wisata musim panas mereka, yang mungkin merupakan pilihan yang lebih terjangkau dibandingkan dengan naik pesawat terbang,” ujar seorang pakar perjalanan NerdWallet, Sally French.
“Namun, tingginya biaya perjalanan akibat inflasi masih menahan sebagian orang,” sambungnya.
Di sisi lain, 22 persen orang berencana untuk tidak melakukan perjalanan besar dan memilih tetap tinggal di rumah. Mereka mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh efek inflasi yang masih ada. Meskipun puncak inflasi pada tahun 2022 dan relatif lebih stabil semenjak itu, lonjakan biaya hidup masih membatasi daya beli banyak calon pelancong.
Sumber: detikcom
Tidak ada komentar