MATARAM – Pemilu 2014 dinilai tidak mencerminkan implementasi sistem alam demokrasi seperti pemilu di negara demokrasi lainnya. Indikator ini ditengarai karena pelaksanaan Pemilu calon presiden tidak dilaksanakan serentak dengan pemilu calon legislatif.
“Pemilu sekarang tidak gentlemen. Ini bertanda belum ada keseriusan untuk menciptakan pemimpin yang ideal, karena pemilu legislatif hanya mengejar kursi dan kekuasaan semata. Faktanya pasca pemilihan legislatif (pileg) baru bisa menentukan Capres”, kata pengamat politik Samudra Putra MH.
Berbeda dengan pelaksanaan Pemilu 2019 silam. Pemilu calon legislatif dan calon presiden dilaksanakan serentak, sejak awal telah ditentukan partai peserta pemilu yang akan berkompetisi. Namun pada pelaksanaan pemilu 2014 dengan aturannya saat ini, rakyat harus meraba-raba dalam menentukan partai peserta pemilu pengusung capres. “Akhirnya terjadi gambling”, ujar Samudra Putra.
“Apapun namanya kita harus optimis. Pemilu 2014 dapat melahirkan figur pemimpin sesuai harapan masyarakat. Pemimpin yang jujur, tegas dan anti korupsi”, harapnya.
Masyarakat kini, harus cerdas dalam memilih calon legislatif pada pemilu 9 April mendatang. Terutama memilih calon legislatif yang memiliki integritas dan track record (catatan-catatan sukses) yang terukur, tidak memilih caleg incumbent yang memiliki kinerja buruk.
“Untuk Caleg baru agar bekerja lebih keras mempresentasikan visi misi rasional, tidak menawarkan janji-janji yang tidak pasti dan mimpi-mimpi yang tidak direalisasikan kepada masyarakat pemilih”, ujar Samudra.
(Imam)
Tidak ada komentar