MATARAM – Melambungnya harga sejumlah kebutuhan bahan pokok (sembako) di pasar tradisional, pemerintah diminta untuk turun tangan dengan melakukan protek harga, selain itu, pemerintah juga diminta untuk mengkaji kebijakan import beberapa jenis bahan pokok dari luar negeri.
Ini ditegaskan Sirra Prayuna SH saat melakukam blusukan di pasar Kebun Roek Ampenan, pada Sabtu (22/3) siang.
Dari kunjungannya, informasi yang diperoleh bahwa beberapa kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga yang relatif tinggi, mulai dari harga daging yang mencapai harga Rp 100 ribu/kg, cabai merah 100 ribu/kg dan ayam potong dikisaran harga Rp 25 ribu hingga Rp 27 ribu per kilogram, serta masih maraknya beras import dari Vietnam.
Menurut Sirra, Caleg DPR RI PDIP nomor urut 2, dapil NTB ini, bahwa dua hal penegasannya kepada pemerintah tersebut merupakann solusi yang harus diambil oleh pemerintah untuk mengatasi kenaikan harga kebutuhan bahan pokok di pasar tradisional. “peran negara penting untuk protek harga dan bisa suplay bahan pokok”, katanya.
Dalam kunjungan yang bertujuan untuk mengetahui pluktuasi harga, pendapatan dan kondisi di pasar ini, dianggap merupakan suatu hal yang penting untuk evaluasi perbaikan kedepan.
Sirra juga menyempatkan diri untuk melihat secara langsung kondisi pasar tradisional berlantai empat di Kebun Roek Ampenan. Di lantai 3 dan 4 hanya ditempati oleh beberapa pedagang saja.
Terkait kondisi pasar tersebut, Sirra menyebutkan bahwa sebenarnya para pedagang ingin direlokasi ke lantai atas, namun pedagang minta jaminan agar semua naik ke lantai atas dan tidak ada lagi yang berjualan di depan atau di bawah.
Dalam kesempatan itu juga, Sirra Prayuna berdialog langsung dengan para pedagang.
Para pedagang pun tidak menyia-nyiakan kesempat bertemu langsung dengan caleg mereka untuk menyampaikan aspirasinya kepada Sirra yang didampingi oleh sahabat Sirra.
Seperti yang disampaikan oleh salah seorang pedagang bernama Basri, aspirasi terkait dengan faslitas tempat berjualan, berharap atap terpal ditempatnya berjualan agar diganti dengan atap seng, karena ia anggap sudah tidak layak lagi. “Sudah dua kali kebakaran tidak pernah diperhatikam, kita mau dipasangkan atap seng, tapi tidak dikasi”, katanya.
(Joko)
Tidak ada komentar